Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

MALLOGO permainan tradisional yang mulai punah

MALLOGO permainan tradisional yang mulai punah
Beruntung rasanya bisa menggelar kegiatan Makassar Traditional Games Festival tanggal 28 Oktober tahun 2012 lalu.
Lewat kegiatan itu saya mulai memperkenalkan kembali salah satu permainan tradisional Bugis Makassar yang sudah mulai punah. Kenapa saya bilang punah? Permainan Mallogo ini tidak pernah lagi dijumpai, saya sendiri hanya melihatnya dimainkan sekitar tahun 1991, waktu itu ada Porseni Antar Kecamatan (PORAK) di desa tempat saya tinggal di Kabupaten Bone. Ya, hanya sekali itu, 22 tahun yang lalu.
Berbekal ingatan 22 tahun lalu dan hasil browsing di internet (yang informasinya juga terbatas) saya pun meraba-raba bagaimana permainan ini dimainkan?. Jadilah sebuah permainan unik namun sangat menyenangkan seperti pada umumnya permainan-permainan rakyat.

Permainan Mallogo ini sangat sederhana, hanya membutuhkan tanah yang agak datar, kemudian property berupa Logo (ana' logo) kecil yang terbuat dari tempurung kelapa yang dibentuk segi tiga sama sisi sebanyak enam sampai delapan biji dan Pakkamba’, juga terbuat dari tempurung kelapa hanya bentuknya lebih besar dari ana' Logo, serta Passampa yang terbuat dari sebilah bambu dengan panjang sekitar 30-50 CM.
Pada MTGF 2012 saya masih ragu dengan teknis dan model sebenarnya permainan ini, tapi Alhamdulullah setelah setahun mencari-cari informasi baik dari buku, internet atau bertanya langsung ke orang-orang tua yang pernah memainkannya, akhirnya saya punya kesimpulan yang akan menjadi aturan baku permainan Mallogo di MTGF 2013.

Mengutip tulisan www.melayuonline.com:

Mallogo (Bugis) atau allogo (Makassar) adalah salah satu permainan tradisional masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel). Permainan ini mengandung nilai pendidikan seperti kejujuran dan sportivitas. Meskipun kini mallogo atau allogo jarang dimainkan lagi, namun masyarakat Sulsel senantiasa merasakan kerinduan untuk melihat permainan ini. Kerinduan ini bukti bahwa mereka begitu terikat pada tradisi leluhurnya (Abu Bakar Punagi, 1960: 45; Aminah Pabittei, 2009: 68).
Permainan mallogo atau allogo berupa tempurung kelapa kering yang dibentuk segitiga (logo), lalu dipukul dengan sepotong bambu yang dibelah dan dibentuk seperti pemukul golf. Dahulu mallogo atau allogo biasa dimainkan masyarakat sebagai hiburan untuk mengisi waktu luang sembari menunggu atau seusai panen.
Pada masa lalu, selain masyarakat awam, malogo atau allogo juga lazim dimainkan oleh kaum bangsawan. Oleh karena itu, terdapat dua jenis logo. Logo untuk bangsawan terbuat dari tanduk kerbau, seng, atau besi yang disepuh emas, sedangkan logo rakyat dari tempurung kelapa kering (Punagi, 1960: 48; Pabittei, 2009: 70).
Peralatan
Permainan mallogo atau allogo hanya memerlukan peralatan sederhana, yaitu logo dari tempurung kelapa kering dan sebilah bambu sebagai pemukul (paccampaq). Logo dibuat dua bentuk, yaitu logo kecil ukuran 7-8 cm sebanyak 6-8 buah dan logo besar ukuran 15 cm. Logo kecil akan dijajarkan berurutan ke belakang. Adapun logo besar berfungsi untuk menembak logo kecil. Selain logo, permainan ini juga memerlukan pemukul (paccampaq). Pemukul terbuat dari sebilah bambu berukuran 30-50 cm (Pabittei, 2009: 70).
Pemain
Mallogo atau allogo dimainkan oleh dua orang atau lebih. Rata-rata pemain adalah anak-anak atau remaja laki-laki maupun perempuan (Pabittei, 2009: 70).
Tempat Permainan
Mallogo atau allogo biasanya dimainkan di pinggir sawah atau di halaman rumah.
Aturan Permainan
Secara umum, ada tiga aturan dalam permainan mallogo atau allogo, yaitu:
• Pemain dianggap pemenang jika mampu menjatuhkan semua logo, dan ia dapat kembali memukul
• Jika pemain pertama tidak dapat menjatuhkan semua logo, maka permainan berpindah ke lawan
• Nilai pemenang ditentukan dari jumlah logo yang jatuh (Pabittei, 2009: 70).
Cara Permainan
Mula-mula, enam atau delapan logo kecil dijajar ke belakang dengan menancapkan salah satu sudutnya ke tanah. Jarak antar logo kurang lebih 100 cm. Logo besar diletakkan di tempat menembak atau memukul. Jarak tembak diatur sesuai kesepakatan pemain. Pemain yang dahulu memukul juga diatur sesuai kesepakatan atau undian.
Salah satu pemain mulai memukul logo besar sembari duduk atau jongkok. Jika dapat menjatuhkan semua logo kecil, ia mendapat nilai dan dapat memukul lagi. Sebaliknya, jika tidak, maka pemukul berganti ke pemain lawan. Begitulah permainan ini berlangsung sampai ada pemenangnya, yakni pemain yang paling banyak menjatuhkan logo kecil.
Mallogo atau allogo memiliki istilah-istilah khusus yang harus dipahami oleh setiap pemain. Istilah-istilah tersebut antara lain:
Olo, istilah untuk menyebut orang atau kelompok yang pertama memukul
Boko, istilah untuk orang atau kelompok pemukul selanjutnya
Ambaq, istilah untuk orang atau kelompok yang melakukan pukulan (campaq)
Logo mate, istilah untuk logo yang ada pada jajaran pertama dalam posisi tertelungkup setelah dipukul
Logo tuwu (Bugis) atau logo tallasaq (Makassar), istilah untuk logo tidak tertelungkup setelah dipukul
Ceppa (Bugis) atau cempang (Makassar), istilah untuk orang atau kelompok yang berhasil menjatuhkan satu atau lebih logo kecil
Senteng, sebutan untuk logo yang jatuh semua
Lepa (Bugis) atau piping (Makassar), sebutan untuk pukulan yang hanya mengenai logo kecil tapi tidak sampai jatuh
Rencing (Bugis) atau raqcing (Makassar), sebutan untuk pukulan pertama, dan kedua-duanya batal
Bacu, sebutan untuk pukulan yang hanya membuat antar logo saling bersentuhan tapi tidak jatuh
Meca palogo, sebutan untuk pemain yang meminta lawan menggeser posisi tembaknya lebih dekat ke logo kecil
Kolo, istilah untuk logo besar yang hanya berhenti di depan logo kecil setelah dipukul
Boko, istilah untuk logo besar yang hanya berhenti di belakang logo kecil setelah dipukul
Mallole (Bugis) atau aqtungaleng (Makassar), sebutan untuk pemain yang tidak pernah gagal memukul
Taqciri, sebutan untuk pemain yang berhasil menjatuhkan logo kecil lebih dari satu pasang
Pelleq, sebutan untuk pemain yang dapat membentuk kelompok berjumlah empat orang, tetapi masih ada seorang yang tersisa. Seorang ini akan ikut bermain tapi hanya boleh memukul di setiap kelompok (Pabittei, 2009: 70).
Nilai-nilai
Permainan Mallogo atau allogo mengandung nilai-nilai luhur sebagai berikut:
• Melatih ketangkasan dan ketenangan. Permainan mallogo atau allogo memerlukan ketangkasan pemainnya. Pemain yang tidak tangkas dan tenang, pukulannya akan sering meleset, bahkan jauh dari sasaran.
• Olahraga. Nilai ini tercermin dari gerakan pemain saat memukul atau melempar yang membutuhkan stamina, energi, dan fisik yang seimbang.
• Mengajarkan budi pekerti bagi anak. Oleh karena itu, permainan ini penting untuk dilestarikan agar nilai-nilai pendidikan dalam permainan ini terpelihara.
• Menjaga kekompakan. Nilai ini tercermin dari strategi kelompok yang membutuhkan kekompakan dalam menjalankan permainan agar menang.
• Seni. Nilai ini tercermin dari nilai seni yang tercermin dari bentuk logo dan alat pemukulnya. Tidak mengherankan jika bagi sebagian orang, logo dijadikan koleksi.
(Artikel ini dimuat di www.melayuonline.com)
Adapun perubahan permainan Mallogo dari yang dimainkan pada MTGF 2012 lalu adalah posisi Logo kecil yang berubah dari posisi berderet dari kiri ke kanan menjadi berbanjar dari depan ke belakang. Jarak antar Logo kecil 1 meter, sedangkan jarak tempat Makkaba’ sesuai kesepakatan atau biasanya sekitar 2 meter dari Logo kecil paling depan. Kemudian untuk anak Logonya bisa dimodifikasi dengan menggunakan papan kecil bila bermain di atas beton/lantai/paving, tapi bentuknya tetap segi tiga sama sisi dengan salah satu sisi agak tebal dari sisi lain yang berguna sebagai dudukan di lantai.
Demikian sedikit gambaran tentang permainan Mallogo, sebuah permainan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan dan sebentar lagi akan tinggal cerita bila kita tidak melestarikannya dari sekarang.

No comments:

Bottom Ad [Post Page]