Jauh sebelum warkop menjamur di Makassar & sekitarnya, di kota Benteng (Selayar) ini sudah eksis beberapa warung kopi ala Tong San, dikelola oleh warga keturunan.
Kopi yang disajikan secara sederhana, direbus dalam teko kuningan, diracik dengan susu tanpa alat ukur, kejelian & insting sang peracik sangat diandalkan.
Sangat mudah menemukan warung kopi "jaman old" seperti ini di kota Benteng, pergi saja di kawasan pasar lama, diantara bangunan-bangunan tua, diisi oleh orang-orang yang rata-rata sudah berumur, tanpa colokan listrik apalagi wifi. Suasana sangat hangat, interaksi langsung tercipta antara sesama pengunjung atau dengan pemilik warkop yang orang China namun sangat kental berbahasa Selayar. Tak ada sekat di sini, suasana lebur mengalir seiring seruput demi seruput dari cangkir. Tak ada yang sibuk sendiri dengan gadgetnya, suara bersahutan dari satu meja ke meja lain saling menimpali.
Warkop "jaman old" tetap mendapat tempat di hati warga kota Benteng, tak redup apalagi pudar dari serbuan coffee shop jaman now.
Terima kasih koko-koko & cici-cici yang masih menjaga tradisi keakraban ini, yang tetap menjaga kehangatan ini.
Salam satu meja..
Kopi yang disajikan secara sederhana, direbus dalam teko kuningan, diracik dengan susu tanpa alat ukur, kejelian & insting sang peracik sangat diandalkan.
Sangat mudah menemukan warung kopi "jaman old" seperti ini di kota Benteng, pergi saja di kawasan pasar lama, diantara bangunan-bangunan tua, diisi oleh orang-orang yang rata-rata sudah berumur, tanpa colokan listrik apalagi wifi. Suasana sangat hangat, interaksi langsung tercipta antara sesama pengunjung atau dengan pemilik warkop yang orang China namun sangat kental berbahasa Selayar. Tak ada sekat di sini, suasana lebur mengalir seiring seruput demi seruput dari cangkir. Tak ada yang sibuk sendiri dengan gadgetnya, suara bersahutan dari satu meja ke meja lain saling menimpali.
Warkop "jaman old" tetap mendapat tempat di hati warga kota Benteng, tak redup apalagi pudar dari serbuan coffee shop jaman now.
Terima kasih koko-koko & cici-cici yang masih menjaga tradisi keakraban ini, yang tetap menjaga kehangatan ini.
Salam satu meja..
No comments:
Post a Comment