Mendengar nama pulau ini, mungkin di pikiran Anda adalah
sebuah pulau yang jauh dari hiruk pikuk aktifitas manusia kota, harus naik
kapal selama berjam-jam, tidak ada listrik 24 jam, tidak ada sinyal 4G dan
semua keterbatasan ala pulau-pulau yang jauh dari pusat kota.
Bersama warga Desa Lembang Baji'
Betul, seperti itulah gambaran tentang Pulau Jampea. Untuk
sampai ke sana harus naik kapal kayu selama delapan jam (kalau semua
lancar/normal) dari kota Benteng, ibukota Kabupaten Selayar. Soal listrik? Juga
betul, saat berkunjung ke sana di tahun 2016 memang belum ada listrik yang
meng-cover seluruh pulau selama 24 jam. Yang ada hanya genset kecil di beberapa
rumah warga, di ibukota kecamatan nasibnya lebih beruntung karena ada genset
besar, itupun hanya dinyalakan di jam-jam tertentu. Tapi kabar yang saya
dengar, tahun 2018 kemarin sudah ada proyek pemasangan tiang dan kabel listrik
di seluruh Pulau Jampea. Soal sinyal pun demikian, di tempat saya menginap di
Desa Lembang Baji, jangankan sinyal 4G, untuk mengirim SMS saja hanya bisa
dilakukan di titik-titik tertentu, jangan heran bila melihat beberapa HP jadul
yang diikat di sepanjang pagar kebun warga, karena di titik itulah kebetulan
ada sinyal.
Mencari sinyal selular di pinggiran kebun warga
Tapi tahukah Anda, Pulau Jampea yang memiliki luas sekitar 16 ribu
Hektar ini adalah satu-satunya pulau di wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar
yang memproduksi beras. Kontur tanah yang berbukit serta hutan yang lebat di
hampir 60% wilayah pulau Jampea bagian barat dan utara adalah daerah resapan
air yang menyimpan cadangan air melimpah, sementara di bagian timur dan selatan
yang tanahnya lebih landai adalah hamparan sawah. Hasil sawah dari Pulau Jampea ini
bisa menghidupi sebagian besar penduduk di Kabupaten Kepulauan Selayar dan
sebagian Flores.
Berkeliling pulau Jampea, kurang lebih 60 KM
Banyak hal menarik di Pulau Jampea, salah satunya adanya
beberapa spesies fauna yang endemik atau hanya ada di Pulau Jampea, seperti
burung Sikatan Tanah-Jampea. Burung
Sikatan Jampea atau nama ilmiahnya Cyornis
Djampeanus habitatnya di hutan-hutan bakau sepanjang pesisir, peralihan
mangrove dengan hutan belukar, hutan-hutan pantai dan hutan-hutan rawa asin. Selain
burung, Pulau Jampea adalah habitat bagi beberapa jenis Retic, salah satunya yang endemik Jampea adalah jenis Python Reticulatus Jampeanus.
Merasakan langsung salah satu kearifan lokal, gotong royong memindahkan rumah
(Appalette' Sapo)
Pulau Jampea adalah “surga”, banyak potensi yang bisa
dikembangkan di pulau ini, namun saat ini yang menjadi kendala terbesar untuk berkunjung
ke sana adalah transportasi. Tercatat hanya ada pelayaran dari Kapal Sabuk
Nusantaradan Fery yang reguler singgah di dermaga Benteng, tapi memerlukan
waktu tempuh yang agak lama, biasanya sampai 2 hari dari kota Benteng, Selayar.
Lama pelayaran tersebut disebabkan karena kapal harus singgah di beberapa pulau
sebelum sampai di Pulau Jampea. Selain Sabuk Nusantara dan Fery, ada juga kapal kayu
(Lambo) yang reguler 2 kali dalam seminggu, memang waktu tempuhnya lebih cepat,
tapi bagi Anda yang tidak tahan dengan goncangan gelombang laut jangan
coba-coba.
Beberapa spot menarik di Pulau Jampea
Apa pun itu, sempatkanlah ke Pulau Jampea, dijamin akan
banyak cerita dan pengalaman yng akan Anda dapatkan saat berkunjung ke sana.
Untuk sampai ke Pulau Jampea dari Kota Makassar:
A.
Via darat+laut
Dengan kendaraan pribadi atau kendaraan
umum (bis di terminal Mallengkeri), dari Makassar menuju ke pelabuhan penyeberangan
Bira (Tanjung Bira) sejauh kurang lebih 150 KM. Dilanjutkan dengan penyeberangan
fery dari Bira ke Pamatata sekitar 2 jam dan kemudian dilanjutkan dengan
perjalanan darat sejauh 50 KM ke kota Benteng, ibukota kabupaten Kepulauan
Selayar. Atau dengan kapal fery dari Bira-Pattumbukang-Pulau Jampea.
Dari kota Benteng ada beberapa alternative,
bisa menggunakan KM. Sabuk Nusantara atau kapal kayu (Lambo), bisa juga dengan
kapal fery di pelabuhan Pattumbukang. Selanjutnya menuju pelabuhan Pulau Jampea.
B.
Via udara
Dari Bandara Sultan Hasanuddin ke Bandara H. Aroeppala.
Dari kota Benteng ada beberapa alternative, bisa menggunakan KM. Sabuk
Nusantara atau kapal kayu (Lambo), bisa juga dengan kapal fery di pelabuhan
Pattumbukang. Selanjutnya menuju pelabuhan Pulau Jampea.
No comments:
Post a Comment