Mungkin sebagian dari kita baru sadar bahwa ternyata sungai
terpendek di Indonesia dan terpendek kedua di dunia berada di Kabupaten Kolaka,
Sulawesi Tenggara. Terletak di Kecamatan Tamborasi Kabupaten Kolaka, sekitar 90
Kilometer sebelah utara dari pusat kota Kolaka, atau sekitar 260 Kilometer dari
kota Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara. Berada di kaki gunung Tamborasi, air
yang terus menerus keluar dari celah tebing batu membuat kondisi air sangat
dingin, meski di siang hari yang terik.
Sungai Tamborasi berada tepat di pantai atau hanya beberapa
meter dari garis laut Teluk Bone. Menurut beberapa tulisan yang beredar
menyebutkan bahwa panjang keseluruhan (sebenarnya) sungai Tamborasi adalah 20
meter, terhitung dari tebing batu tempat keluarnya air sampai ke tepi laut.
Namun saat ini sangat susah untuk menentukan secara pasti di mana garis ujung
20 meter tersebut. Karena kondisi di sekitar pantai yang dipenuhi semacam barrier, terdiri dari material pasir
yang timbul akibat bertemunya arus kuat dari sungai dengan hempasan air laut
Teluk Bone yang membawa material pasir. Dari pertemuan dua arus yang sama-sama
kuat tersebut sehingga terbentuklah gundukan pasir persis di sebelah barat
sungai yang juga (mestinya) menjadi hilir. Karena hilir sungai tertutup oleh barrier pasir, maka aliran air sungai
yang kencang mencari jalan yang lebih rendah untuk tumpah ke laut. Maka
terbentuklah sebuah kanal alami sepanjang kurang lebih 100 meter, membelok ke
arah selatan hingga sampai ke bibir pantai. Dari kanal yang terbentuk tersebut,
banyak berasumsi bahwa itu menjadi bagian dari sungai Tamborasi, sehingga
mereka tidak yakin bahwa panjang sungai Tamborasi hanya 20 meter.
Sungai Tamborasi adalah sungai terpendek di Indonesia dan
sungai terpendek kedua di dunia setelah Reprua River di Distrik Gagra, Abkhazia di Georgia. Menurut catatan, Reprua River panjangnya hanya 18 meter,
selisih 2 meter dengan Sungai Tamborasi. Tapi panjang Reprua River sangat jelas
karena berada di pantai yang berbatu dan debit airnya juga tidak sebanyak
Sungai Tamborasi, sehingga kita akan dengan sangat jelas melihat hilir sungai
yang tidak pernah berubah.
Terlepas dari betul tidaknya panjang sungai Tamborasi 20
meter, sungai ini sebenarnya sangat unik. Air yang keluar tak henti-hentinya
dari celah bebatuan menambah syarat sungai Tamborasi ini sebagai sungai (baca:
ada sumber air dan mengalir). Air yang sangat jernih dan dingin, membuat siapa
saja yang melihatnya pasti ingin segera menceburkan diri. Pemandangan di sekitar
sungai ini pun tidak kalah cantiknya, pasir putih yang membentang dari utara ke
selatan, serta hembusan angin laut Teluk Bone membuat kita ingin berlama-lama
berada di kawasan wisata Sungai Tamborasi ini. Di sekitar kawasan ini disiapkan
beberapa gazebo yang bisa disewa langsung ke warga, mereka juga menjajakan
aneka makanan dari yang ringan hingga yang berat. Kawasan wisata ini sepertinya
masih dikelola oleh warga sekitar, meski kita membayar Rp. 10.000,- /pengunjung
dewasa namun kondisi kawasan wisata ini sangat jorok, sampah pengunjung
bertebaran di mana-mana dan tampaknya tidak ada petugas kebersihan. Kebiasaan
warga yang berkunjung di kawasan wisata ini bersama keluarga adalah membakar
ikan, dan sayangnya sisa-sisa ikan bakar mereka tidak dibersihkan sehingga bau
amis merebak kemana-mana. Gazebo-gazebo di dekat sungai pun tampak jorok oleh
sisa makanan dan grafity dari tangan-tangan nakal pengunjung, sangat
disayangkan.
Sebagai sungai terpendek di Indonesia, Sungai Tamborasi
tentunya menjadi salah satu destinasi unik. Diperlukan keseriusan pemerintah
dan warga sekitar untuk tetap menjaganya, sehingga pengunjung akan betah dan kembali berkunjung.
[26 Maret 2014, Hari ke 28 perjalanan 30 Hari Jelajah
Celebes]
No comments:
Post a Comment